Asal- usul Nama Tambakboyo
Desa Tambakboyo,adalah desa di Pantai Utara yang dilewati oleh Jalan Daendels,yang pembangunannya dimulai sekitar Bulan Juli 1808 pada masa itu Pemerintahan Tuban dipimpin Oleh Bupati ke-28 yaitu,R.Surya Hadi Wijaya ( R. Tumenggung Surya Hadi Wijaya).
Jadi sesuai dengan penulisan sejarah Indonesia pada umumnya yang masih berdasarkan pada arsip,maka Desa Tambakboyo diperkirakan sudah ada sebelum Pembangunan Jalan Daendels dilaksanakan.Hal ini dibuktikan dengan banyaknya makam- makam yang berada disekitar kanan atau kiri jalan.
Diperkirakan desa Tambakboyo sudah ada sejak abad 17 M ,nama Tambakboyo sendiri dimungkinkan berkaitan erat dengan struktur tanah yang basah dan bekas daerah tambak di hampir seluruh wilayahnya.
Adalah sebuah rawa- rawa yang berada dipinggir jalan pantura ( sekarang lapangan ) konon dihuni oleh banyak buaya ( Boyo,bhs.Jawa ) Luas rawa – rawa itu sendiri,kurang lebih sekitar 300 Meter persegi dulunya.Dan karena wilayah Tambakboyo sebagian besar tambak,maka disebutlah dengan Tambakboyo.
Ada versi lain yang mengatakan bahwa Tambakboyo berasal dari kata Nambak ( Mencegah ) dan Boyo ( bahaya ) jadi intinya mencegah bahaya. Namun dua versi tersebut sama- sama tanpa didukung oleh bukti prasasti dan keterkaitan cerita dengan desa yang lain.
Sejarah Pemerintahan Desa Tambakboyo
Dari sumber- sumber cerita yang masih hidup,pada saat pemerintahan Belanda telah terbentuk suatu pemerintah desa yang dikepalai oleh seorang “ petinggi “
Sampai saat ini tidak diketahui secara jelas siapa petinggi Desa Tambakboyo pertama kali berdasarkan keterkaitan sejarah dan arsip- arsip yang ada.Sehingga penulisan sejarah Pemerintahan Desa hanya berdasar cerita dari saksi hidup yang ada,adalah sebagai berikut :
- Broham
Memerintah sekitar tahun 1930 M, tidak jelas asal – usul beliau dan garis keturunannya,namun ada yang menyebut beliau adalah berasal dari desa Kerek ( ± 13 Km Selatan Tambakboyo ).Beliau di sebutkan memiliki satu orang anak laki-laki,namun meninggal saat usianya masih remaja.
Pada masa pemerintahan Kepala Desa Broham pulalah terjadi usaha pengurukan rawa – rawa yang berada di pinggir jalan pantura( lapangan desa sekarang ). Dimungkinkan usaha tersebut atas inisiatif Pemerintahan Belanda ,sebab melibatkan rakyat dan bersifat memaksa ( seperti Kerja Rodi pada Perintahan Jepang ).Pemerintah pada waktu itu menyediakan kereta angkut ( Lori ) dan mengambil tanah urugnya dari pasir laut di pantura.
Banyak korban pada saat kerja paksa tersebut,hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa tanah yang saat digali ditemukan bekas – bekas tulang manusia.Dan makam umum desa ,yang sampai dengan saat ini berada tak jauh dari lokasi pengurukan rawa- rawa tersebut.
Staf Petinggi Broham pada waktu itu adalah Carik Pasiran, yang berasal dari Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban.
Pemerintahan Petinggi Broham Sendiri berakhir saat terjadi Pergantian Pemerintahan Belanda ke Jepang yaitu Pada tahun 1943.Tidak disebutkan sebab berhentinya Pemirintahan Petinggi Broham.
Meski pada masa Pemerintahan beliau menmbulkan banyak korban untuk mengurug rawa menjadi lapangan,namun usaha beliau sangat mendatangkan manfaat bagi generasi selanjutnya hingga sekarang.
Meski pada masa Pemerintahan beliau menmbulkan banyak korban untuk mengurug rawa menjadi lapangan,namun usaha beliau sangat mendatangkan manfaat bagi generasi selanjutnya hingga sekarang.
2. Kasmani ( 1943 – 1944 )
Beliau dipilih oleh beberapa masyarakat pada waktu itu dengan pusat pemerintahannya yang berada di rumah pribadi beliau yang berada di sebelah utara lapangan Tambakboyo sekarang di pinggir jalan Cucut.Beliau memerintah hanya sekitar 5 tahun dan selama pemerintahan beliau kendali pemerintahan lebih banyak dilaksanakan oleh Carik Said.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan,yaitu sekitar tahun1948 Petinggi Kasmani pindah ke Desa glondong gede dan beliau menjadi Pegawai Dinas Perikanan.
3. Kromowijoyo ( 1944 – 1965 )
Kemudian Kendali pemerintahan Desa Tambakboyo dikendalikan oleh Petinggi Kromowijoyo,pada awalnya beliau adalah seorang carik ( Sekretaris Desa ) di Desa Kenanti,Setelah mengikuti beberapa kali Pemilihan Kepala desa ,akhrnya beliau terpilih,Selama dua tahun beliau memerintah dari Rumah Mantan Kades Kasmani,Kemudian mendirikan Balai Desa Di Sebelah Timurnya Pasar Desa ( Sekarang Gedung Pertemuan Serba Guna ).Banyak certa tentang kedermawanan beliau,kepedulan beliau ditengah semakin padatnya penduduk desa Tambakboyo dan semakin peliknya persoalan politik kala itu.
Pemilu pertama kali di Indonesia dilaksanakan pada waktu Pemerintahan Petinggi Kromowijoyo ini ,banyak gejolak politik hingga tahun 1965,yang di tahun ini pula mengakhiri pemerintahan beliau dengan berbagai versi dan berbagai kontradiksi pula.
Catatan : antara tahun 1965 sampai dengan 1967 adalah transisi pemerintahan di desa Tambakboyo.
4. Mu`zi ( 1967 - ……….)
Pemerintahan Petinggi Kromowijoyo digantikan oleh seorang dari militer yang bernama Mu`zi,pada awalnya beliau memerintah pada saat ada kekosongan jabatan Kepala Desa ,tapi kemudian beliau ditetetapkan menjadi kepala desa dan memerintah di desa Tambakboyo.
4. RIzak Riyanto
Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh Kades Rizak Riyanto,beliau memerintah pada dua kali periode saat itu dari satu kali periode delapan tahun dan satu kali enam tahunan.Dimasa ini berbagai program dari Pemerintah Pusat maupun Daerah sudah berjalan dengan baik.Masyarakat sudah maju dengan beragam pola pikir dan tingkat pendidikannya.Pendapatan perkapita makin naik dengan ditandainya tingkat ekonomi masyarakat yang makin membaik pula.
5. Lilik Koestijono ( 2007 – sekarang )
Melalui Pilkades yang sangat demokratis terpilihlah Petinggi Lilik Koestijono menggantikan Petinggi Rizak Riyanto yang telah berakhir kepemimpinannya.
Diawal Pemerintahan beliau adalah pembangunan Gedung Serba Guna yang merupakan sebuah pembangunan “ mega proyek “ untuk desa sekelas Tambakboyo. Selain itu banyak lagi program – program pembangunan sarana dan prasarana yang merupakan proyek daerah yang manfaatnya bias langsung dirasakan oleh mayarakat.
Mantap mas joko, saran saja kayaknya perlu ditambahkan mengenai budaya dan sosial masyarakat tambakboyo yg tidak ada di daerah lain. Misal : tak-tak an/ plak plak an asal asulnya seperti apa...karena spertinya cm ada di tambakboyo saja itu... Tp mantap lanjutkan agar dapay bermanfaat bagi masyarakat tambakboyo
BalasHapus. Pak Joko mau tanya, pak Joko nama lengkap'nya siapa?? Saya bertanya karena untuk tugas.. dan fto'nya pak Joko boleh sya save jg tdk?? Karena ini untuk pembuktian tugas sya juga.. saya bertanya sekaligus meminta izin.. mohon untuk di'blas!! Terima kasih..
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusjangan lupa mbah wewen.juga di kupas biar.anak cucu warga tambakboyo. tau.pundennya.oyi.
BalasHapusMaqom mbah wewen niku teg pundi mas
HapusMakam tambakboyo dimana mas?
BalasHapus